bismillah

//go.ad2up.com/afu.php?id=765669

Bismillah

switch

Thursday, October 9, 2014

REFLEKSI

Oleh: M. Nur Rizal Hakim

Selama ini indonesia, memiliki banyak organisasi islam yang masih tampak tertatih-tatih tentang menghadapi perkembangan pesat dikalangan masyarakat. Memang, sekarang ini banyak tidak puas dengan organisasi islam yang sudah mapan. Dikarenakan  organisasi semacam itu tidak mampu menampung gagasan-gagasan baru yang lebih relevan.
                Tetapi kalangan yang tidak teroganisir tampak lebih tanggap terhadap keadaan – keadaan baru. Muhammaddiyah misalnya, sangat tanggap terhadap keadaan & tangtangan – tantangan baru, namun organisasi tersebut mempunyai struktur – struktur yang sulit di ubah, tetapi masalahnya mereka memiliki struktur yang lebih luas.
          Jadi, sesungguhnya Muhammaddiyah cukup “cair” karena mereka memiliki struktur organisasi, tetapi kalau ada perombakan mereka sulit mengatur di tingkat intern. Katakanlah Muhammadiyah hendak melakukan pembaruan pendidikan, kesulitan pertama yang dihadapi adalah.,  Apakah dengan demikian sekolah Muhammadiyah harus meninggalkan ujian negara,  kurikulum nasional dan sebagainya  ?.
Lagi pula betapakah mungkin melakukan perombakan – perombakan setiap saat ?.
                Jadi susut pandang Muhammadiyah, adalah kurang adil jika menyebutnya sudah “beku”, karna latarnya sekarang sudah beda. Dahulu perkembangan dinamikanya adalah kualitatif sekarang adalah dinamika kuantitatif, dikarnanya organisasi tersebut sudah menambah sekolah, menambah rumah sakit, menggiatkan dakwah dan sebagainya. Dari sudut ini mungkin bisa dikatakan bahwa tugas sejarah Muhammadiyah dibidang pembaruan ( tajdid )  sudah selesai. Jadi tahap Muhammadiyah sekarang adalah tahap mewujudkan cita – cita awalnya.
                Diperlukan waktu yang panjang untuk lahirnya ide baru, dan tampaknya yang memulai harus orang lain dengan ide yang lebih segar untuk dilaksanakan dalan satu atau dua generasi secara konsisten.
                Dengan demkian organisasi itu perlu mendengar suara dari luar, dan itu bisa di lakukan dengan membuat suatu system yang terbuka. Kalau hanya sibuk di dalam saja akan timbul enthrophy, habis energy untuk mengurusi soal-soal intern saja.
                Dalam keadaan sekarang, tidak cukup hanya dengan menyatakan Islam sebagai ideology kita juga perlu ide Islam tentang etika, estetika, pemikiran filsafat, dll. Ini tidak bisa di cakup oleh Islam sebagai ideology, melainkan Islam sebagai ide.
                Lantas, apakah NU akan terus berada di balik bayang-bayang Muhammadiyah?

0 comments:

Post a Comment